Seni dan Budaya Penyair Balada Asu Ulas Karya Lanang Setiawan Novel Tegalerin

Penyair Balada Asu Ulas Karya Lanang Setiawan Novel Tegalerin

107
BERBAGI
Cover buku Novel Tegalerin karya Lanang Setiawan
Advertisement

Berita Merdeka –Abu Ma’mur MF penyair Brebes, yang salah satu karyanya terhimpun dalam buku Antologi Puisi Balada Asu, terbitan Yayasan Pustaka 2012, pernah tercatat dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia terbitan Yayasan Hari Puisi 2018, Abu Makmur MF dalam sebuah ulasan menyeret nama Lanang Setiawan Penulis Novel Tegalerin.

Perjalanan kepenyairannya Abu Makmur MF yang sudah malang melintang, eksistensinya juga tercatat dalam buku Menanam Kata Menuai Asa, Esai Proses Kreatif yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Jawa Provinsi Jawa Tengah 2020.

Selain karyanya masuk dalam himpunan kumpulan puisi-puisi Tegalan seperti Balada Asu, kumpulan puisi lainnya antaranya buku Ngranggeh Katuranggan (Yayasan Pustaka 2009), Mengikat Tradisi Menguntai Puisi (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2020), serta Kluwung Dewa-Dewi (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2023).

Lanang Setiawan
Advertisement

Tak hanya menulis puisi-puisi Tegalan, sejumlah puisinya juga tergabung dalam 50-an buku antologi bersama, Buku Antologi Puisi tunggalnya berjudul Genalogi Hikayat Kopi (Sastrabook, Yogyakarta, 2020).

Pada sebuah artikelnya yang berjudul Efek Musikalitas dan Pergulatan Spiritual dalam “Joged Transendental” ia mengulik karya sastra berlatar sejarah dalam tulisan juga disinggung konsep Novel Tegalerin karya Lanang Setiawan sebagai History as Arts. Berikut artikel Abu Makmur MF.

Efek Musikalitas dan Pergulatan Spiritual dalam “Jogéd Transendental”
(Bagian I)

Oleh Abu Ma’mur MF

Sebelum mengulik perihal karya sastra (berlatar) sejarah, mari kita telisik pengertian masing-masing. Kalem, Nyai. Ini bukan sejenis tulisan akademik dan tidak mengandung timbunan karnaval pengertian. Setiap istilah saya kasih jatah cukup satu pengertian. Masuk?

Terry Eagleton, ahli teori sastra dan kritikus berkacamata penganut Marxisme ini menawarkan pengertian menarik.

Sastra, menurutnya, merupakan karya tulisan indah (belle letters) yang mencatatkan sesuatu dalam bentuk bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangpendekkan dan diputarbalikkan, dijadikan ganjil atau cara penggubahan estetis lainnya melalui alat bahasa.

Silakan cermati lagi kalimatnya. Baca perlahan dan pahami maksudnya. Sudah? Kita lanjut ke pengertian sejarah.

Sejarah, ujar Kuntowijoyo, merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan perubahan dinamika kehidupan dengan segala aspek kehidupan di masa lalu.

Ruang lingkup sejarah memiliki empat konsep.

Pertama, sejarah sebagai peristiwa (history as event). Ciri-cirinya: unik, abadi, dan berpengaruh.

Kedua, sejarah sebagai kisah (history as narrative). Ciri-cirinya: bersifat subjektif, sarana untuk mengungkapkan kembali, nyata, dan hasil karya.

Ketiga, sejarah sebagai ilmu (history as science). Ini bercirikan: empiris, objek, teori, kesimpulan umum, dan metode ilmiah.

Keempat, sejarah sebagai seni (history as arts). Bisa dikatakan demikian bila memenuhi ciri-ciri begini: intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa.

Berpijak pada konsep di atas, Novel Tegalerin karya Lanang Setiawan ini agaknya termasuk ke dalam kategori sejarah sebagai seni (history as arts). Meskipun karya Lanang ini bukanlah buku sejarah memang, melainkan karya sastra (berlatar) sejarah. Karena begitu maka saya sengaja mengunakan kata “agaknya”…. (bersambung bag 2). (Anis Yahya)